Minggu, 24 November 2024

“Rose of Jericho” Mawar Keabadian

Oleh: Alfina Dwi Aulia Latifa

 

Di tengah gurun yang panas, jauh dari hiruk-pikuk kota, terdapat sebuah oasis kecil yang menyimpan keajaiban. Di sana, tumbuh sebuah tanaman yang hampir tidak ada yang tahu namanya. Masyarakat setempat menyebutnya “Rose of Jericho”, atau mawar dari Jericho. Tanaman itu dikenal sebagai simbol ketahanan dan kehidupan yang tak pernah padam, meski hidupnya penuh dengan tantangan.


Kisah ini bermula dengan seorang gadis muda bernama Filma. Ia adalah putri dari seorang petani yang tinggal di sebuah desa terpencil. Sejak kecil, Filma mendengar banyak cerita tentang “Rose of Jericho” yang tumbuh di oasis terdekat. Konon, tanaman itu dapat hidup meskipun tampaknya telah mati. Jika daun-daunnya kering dan rapuh, ia akan tampak layu dan tanpa harapan. Sering di terpa angin dan menggelinding ke sana-kemari seperti tak berarti. Namun, setelah beberapa waktu, ketika hujan turun, tanaman itu akan hidup kembali, berbunga dengan indahnya.

 

Namun, meskipun cerita itu sangat mengesankan, Filma merasa skeptis. Ia percaya bahwa itu hanya legenda, sebuah cerita yang diceritakan untuk memberi semangat pada orang-orang yang lelah dan putus asa. Hidupnya sendiri tidak jauh berbeda dengan tanaman itu. Keluarga mereka miskin, dan setiap hari mereka harus berjuang melawan kerasnya kehidupan di desa yang tandus.

 

Pada suatu hari, setelah beberapa pekan tanpa hujan, musim kemarau melanda desa mereka. Tanaman-tanaman di sekitar oasis mulai mengering, termasuk pohon-pohon yang biasa menjadi sumber kehidupan bagi keluarganya. Ayahnya yang biasanya tangguh tampak kelelahan, dan ibunya mulai menunjukkan tanda-tanda frustasi. Filma pun merasa putus asa, karena tak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk membantu keluarganya.

 

Suatu pagi yang sunyi, saat Filma sedang duduk di luar rumah, ia memandang jauh ke arah oasis. Tanpa disadari, ia berjalan menuju tempat itu, terdorong oleh rasa penasaran yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Ia ingin melihat dengan matanya sendiri, apakah “Rose of Jericho” benar-benar bisa hidup lagi setelah kering.

 

Sesampainya di oasis, Filma tertegun. Di tengah-tengah tanah yang kering, di antara bebatuan dan pasir, sebuah tanaman kecil tampak mencuat, daunnya tampak rapuh dan kekuningan. Namun, ada sesuatu yang berbeda pada tanaman itu. Ada harapan yang bersinar di sana, meskipun segala sesuatunya tampak tak mungkin.

 

Hari-hari berlalu, dan tak lama kemudian hujan turun, pertama kali setelah berbulan-bulan kemarau. Tanaman “Rose of Jericho” yang tadinya tampak mati itu mulai menggeliat, perlahan membuka kelopaknya yang indah. Filma terharu melihat pemandangan itu, dan ia mulai menyadari sesuatu yang penting bahwa seperti tanaman itu, hidup mereka pun memiliki potensi untuk bangkit, tidak peduli seberapa keras pun tantangannya.

 

Kembali ke rumah, Filma membawa beberapa biji dari tanaman “Rose of Jericho”. Ia menanamnya dengan penuh harapan. Meski awalnya tidak mudah, sedikit demi sedikit, ia melihat tanaman itu tumbuh. Dan seiring waktu, tanaman tersebut menjadi simbol kehidupan yang tak pernah padam di tengah kesulitan. Seperti hujan yang datang setelah kemarau panjang, harapan pun datang, meski terkadang terasa jauh.

 

Filma kini tahu bahwa seperti “Rose of Jericho”, meskipun hidup penuh tantangan, kita selalu bisa bangkit kembali. Kita hanya perlu memiliki keteguhan hati dan keyakinan bahwa kehidupan meskipun kadang tampak hilang akan selalu menemukan jalannya untuk kembali bersinar.

 

Meski terkadang penampakan dari “Rose of Jericho” mungkin tidak menarik dan terkesan seperti gundukan rambut nenek, namun jangan salah tumbuhan itu memiliki ability yang sangat unik, yaitu bisa bangkit dari kematian. Meski terlihat sering menggelinding terbawa angin tanpa harus tahu ke mana  harus bermuara. Hingga akhirnya hanya pasrah dan sabar menghadirkan situasi yang baru.

 

Ia bisa bertahan dalam cuaca yang sangat kering, bahkan hingga berpuluh-puluh tahun. Seperti mempunyai akal, ia akan mempertahankan biji-bijian dan dalam keadaan tertentu ia akan melepaskannya, menciptakan kehidupan baru. Mereka akan melakukannya berulang-ulang kali untuk mempertahankan kehidupannya.

KIRAB BUDAYA DALAM RANGKA HARI JADI KE- 78 KALURAHAN PARANGTRITIS

Yogyakarta - Pada 11 November 2024, Kalurahan Parangtritis, yang terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, merayakan ulang tahunnya yang ke-78. Acara yang dipimpin oleh Bapak Topo selaku Lurah Kalurahan Parangtritis, acara ini berlangsung meriah di Balai Kalurahan dan menjadi momen penting bagi masyarakat setempat. Perayaan ini tidak hanya sekadar acara tahunan, tetapi juga menjadi sarana untuk menampilkan kekayaan budaya lokal dan memperkuat semangat kebersamaan di antara warga.

Rangkaian acara dimulai dengan kirab budaya yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk perangkat kalurahan, tokoh masyarakat, serta warga dari 11 dusun, seperti Padusunan Kretek, Sono, Samiran, Depok, dan dusun lainnya. Kirab ini menampilkan beragam kesenian tradisional, termasuk jathilan dan gejog lesung, serta arak-arakan gunungan yang berisi hasil bumi. Momen ini melambangkan rasa syukur atas limpahan rezeki yang diterima oleh masyarakat setempat.

Selain kirab budaya, terdapat juga pasar rakyat yang menjadi ajang promosi produk unggulan warga, seperti kerajinan batik dan olahan pangan lokal. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan potensi ekonomi lokal dan memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Para pelaku UMKM diberi kesempatan untuk memamerkan produk mereka, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan keberlangsungan usaha mereka.

Antusiasme warga sangat terlihat selama perayaan berlangsung. Salah satu warga mengungkapkan,“ Ulang tahun kalurahan ini mengingatkan kami betapa pentingnya kebersamaan. Semoga Parangtritis semakin maju tanpa melupakan tradisi budayanya.” Dengan semangat kebersamaan dan inovasi, Kalurahan Parangtritis diharapkan dapat terus menjadi contoh harmonis antara pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat di tengah arus modernisasi. Perayaan ini menjadi momen penting untuk memperkuat identitas dan solidaritas warga Parangtritis, serta menjaga agar tradisi tetap hidup di tengah perubahan zaman.

 

Reporter: Novita Fitriani


Perjuangan yang Penuh Semangat

                          Oleh: Nana Lestari Di sebuah kota Pasuruan, hiduplah seorang mahasiswi bernama Dira. Dira merupakan anak tunggal y...