Jumat, 24 Mei 2024

Kehangatan Gedhong Patehan

 Di pagi yang cerah, Davis melangkah dengan semangat di tengah keramaian kota Yogyakarta. Hatinya berdebar kencang, karena hari ini dia akan mengunjungi Gedhong Patehan, sebuah tempat budaya yang selalu membuatnya penasaran sejak lama. Meski sudah bertahun-tahun tinggal di Yogyakarta, ini adalah pertama kalinya Davis mengunjungi tempat itu.

Perjalanan menuju Gedhong Patehan tidaklah sulit. Davis mengikuti petunjuk dengan teliti, menyusuri jalan-jalan yang ramai dengan kendaraan dan pedagang kaki lima yang sibuk. Setelah beberapa waktu, bangunan bersejarah yang megah mulai terlihat dari kejauhan, memancarkan aura yang khas.

Sesampainya di Gedhong Patehan, Davis merasa seperti masuk ke dalam sebuah kisah dongeng. Bangunan-bangunan bersejarah dengan arsitektur tradisional Jawa mengelilingi lapangan terbuka yang luas. Suasana tenang dan damai membuatnya merasa seolah waktu berputar mundur ke masa lalu yang penuh kejayaan. 

Davis berjalan-jalan di sekitar Gedhong Patehan, memperhatikan setiap detail dengan penuh kagum. Dia melihat gambar-gambar yang menggambarkan tokoh-tokoh legendaris, lukisan-lukisan yang memperlihatkan keindahan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa tempo dulu, serta berbagai benda adat-istiadat yang dipajang dengan indah.

Tak hanya itu, Davis juga terpesona dengan pertunjukan seni yang digelar di Gedhong Patehan. Ada tarian-tarian tradisional yang menggugah hati, musik-musik klasik yang merdu, dan cerita-cerita rakyat yang disampaikan dengan penuh semangat. Dia merasa bahwa setiap gerakan dan nada yang dihasilkan oleh para seniman adalah ungkapan kekayaan budaya yang harus dilestarikan.

Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Davis duduk di bawah pohon besar di sudut Gedhong Patehan. Dia merenung, merenungkan betapa beruntungnya dirinya bisa melihat langsung keindahan tempat ini. Di sanalah dia menyadari bahwa kekayaan budaya bukanlah sekadar warisan dari masa lalu, tapi juga sebuah harta yang harus dijaga dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.

Dengan hati yang penuh rasa syukur, Davis meninggalkan Gedhong Patehan. Namun, kenangan akan pengalaman indahnya di tempat itu akan selalu terpatri dalam ingatannya. Dari hari itu, dia berjanji untuk selalu menghargai dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi yang terus bergerak maju.


Penulis : Rokhim

Nobar Meriah Sambut Pertandingan Seru Sepak Bola Indonesia vs Uzbekistan di Yogyakarta

Sumber: www.bola.com

Yogyakarta, 29 April 2024. Kota Yogyakarta diliputi oleh gelombang semangat dan kegembiraan saat pecinta sepak bola berkumpul untuk menyaksikan pertandingan persahabatan yang mempertemukan Timnas Indonesia melawan Timnas Uzbekistan. Di tengah euforia yang melanda, saya bersama dengan sekelompok sahabat karib saya, memutuskan untuk merayakan momen tersebut dengan mengadakan nobar yang tak terlupakan.

Saya sebagai seorang penggemar sepak bola sejati, telah menantikan pertandingan ini sejak jauh-jauh hari. Bersama dengan sahabat-sahabat saya, kami merencanakan tempat nobar yang sempurna di salah satu kafe yang nyaman di pusat kota Yogyakarta. Kami bersemangat menyusun rencana untuk menikmati pertandingan sambil berbagi kegembiraan bersama.

Pada hari pertandingan, kafe tempat nobar kami dipadati oleh penggemar sepak bola dari berbagai kalangan. Suasana ramai dan bersemangat, dengan bendera Merah-Putih berkibar di beberapa sudut ruangan. Saya dan sahabat-sahabat saya duduk di meja yang telah kami pilih, kami tersenyum lebar dalam menanti pertandingan yang akan segera dimulai.

Ketika pertandingan dimulai, suasana semakin memanas di kafe tersebut. Sorakan dan teriakan menggema setiap kali Timnas Indonesia mendekati gawang lawan. kami berteriak dengan penuh semangat, mendorong tim kesayangan kami untuk memberikan yang terbaik.

Selama pertandingan berlangsung, kami menikmati setiap momen dengan antusias yang tinggi. Bersama penonton yang lain kami berdiskusi seru tentang taktik permainan, strategi pemain, dan peluang gol. Ketika Timnas Indonesia menciptakan peluang emas, kafe tersebut gemuruh oleh teriakan dan sorakan dari para penonton yang tidak sabar melihat gol.

Meskipun hasil akhirnya tidak sesuai dengan harapan, kekalahan tipis 0-1 untuk Timnas Indonesia, semangat dan kebanggaan kami tetap terjaga. Kami dan penonton yang lain menghargai perjuangan tim kesayangan kami dan merasa bersyukur telah dapat menyaksikan pertandingan tersebut bersama-sama.

Usai pertandingan, kafe tersebut masih dipenuhi oleh atmosfer kebersamaan dan kegembiraan. Kami masih terlibat dalam obrolan yang seru, membahas berbagai momen menarik dalam pertandingan dan merencanakan nobar-nobar berikutnya.

Di akhir acara nobar, Kami merasa bahagia telah dapat menghabiskan waktu bersama dalam momen yang penuh semangat dan kebersamaan. Nobar kali ini tidak hanya tentang sepak bola, tapi juga tentang persahabatan dan solidaritas di antara kami.

Dengan kenangan indah dalam hati, kami meninggalkan kafe tersebut dengan senyum di wajah masing-masing. Kami merasa bahwa pengalaman nobar kali ini telah menjadi bagian tak terlupakan dari petualangan kami sebagai penggemar sepak bola yang setia.


Penulis : Rokhim

 

Selasa, 14 Mei 2024

Pesona Alam Semesta

 

Di alam semesta yang luas
Bintang bersinar terang bagai permata
Pantulan cahaya menghiasi malam
Menyinari bumi dengan penuh pesona

Dalam gelapnya malam yang sunyi
Bintang-bintang bersinar seakan menyapa
Mengajak kita berkelana jauh ke angkasa
Menikmati keindahan alam yang tiada tara

Pesona alam semesta begitu memukau
Membawa kedamaian dan keindahan abadi
Di sana terdapat rahasia yang tak terungkap
Menjadi saksi bisu kebesaran Sang Pencipta.

Tinggallah kita dalam kagum dan takjub
Melihat kebesaran-Nya yang tiada tara
Semoga kita selalu di bawah lindungan-Nya
Menyaksikan pesona alam semesta yang abadi



Oleh: Laisyia Sita Fadiya

Pentingnya Membaca Bagi Seorang Jurnalis


Yogyakarta, 8 Mei 2024. Lembaga Pers Mahasiswa Super JIMO melaksanakan kegiatan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) bertepatan pada Hari Buruh Nasional, Rabu, 01 Mei 2024. Kegiatan ini bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam bidang jurnalistik. Kegiatan PJTL ini dihadiri oleh Ketua Waket III Bidang Kemahasiswaan Ibu RR.E. Anggraeni Eksi Wahyuni, S.IP., M. P.A. dan seluruh anggota LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) yang aktif dengan jumlah anggota 22 orang dan 2 anggota berhalangan hadir. PJTL ini merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) yang sudah terlaksana pada bulan Februari lalu.

Source: Panitia PJTL

Kegiatan ini diselenggarakan di kampus STIA “AAN” Yogyakarta tepatnya di ruang 13. Dengan mengusung tema “Membentuk Jurnlistik yang Kritis di Era Perkembangan Teknologi dan Informasi”.  Harapan dari ketua panitia, Klaudiana Alfrida Sulastri Putri, “Agar kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang jurnalistik dari materi yang akan disampaikan oleh pemateri”. Panitia mengundang pemateri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk kedua kalinya. Yang pada kesempatan ini dihadiri oleh Kak Aprila Wayar sebagai Koordinator Divisi Gender dan Kelompok Minoritas. Mengenal lebih dalam lagi, Kak Aprila pernah menjadi peneliti dalam Program Penelitian Demokrasi, Power, Welfare and Democracry (PDW) yang dilakukan oleh UGM bersama Olso University pada tahun 2013-2015. Pada tahun 2015 ia merupakah salah satu dari 9 penulis Indonesia yang dinominasikan mengikuti Amsterdam Book Fair Festival. Tahun 2020 menerbitkan dua novel yaitu “Tambo Bunga Pala” dan “Hutan Rahasia”. Sungguh sangat menginspirasi kisah pengalaman Kak Aprila sebagai seorang Jurnalis.

Dalam materi yang disampaikan oleh Kak Aprila ada poin penting bagi seorang Jurnalis yaitu pentingnya membaca, karena membaca merupakan sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan tambahan wawasan, upaya mengasah kekritisan seorang Jurnalis, serta merupakan sumber inspirasi untuk bahan mencari liputan. Di era perkembangan teknologi dan informasi saat ini, membawa perubahan besar termasuk dalam hal budaya membaca. Dengan semakin mudahnya akses ke berbagai informasi melalui internet, media sosial, dan platform digital lainnya, banyak yang cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton video, hal ini menyebabkan penurunan minat terhadap budaya membaca.

Pada saat sesi tanya jawab mengenai keresahan masyarakat, mahasiswa lebih tertarik menonton video daripada membaca. Hal tersebut disampaikan oleh Alfri dan meminta tips kepada Kak Aprila bagaimana untuk meningkatkan minat baca di era digital saat ini. Kak Aprila menegaskan “Menonton video tidak bisa menggantikan membaca, dan menjadi seorang jurnalis itu tidak mudah”. Karena seorang Jurnalis harus mencari fakta untuk membuat suatu berita yang relevan. Tips dari kak Aprila yaitu mencari jenis buku yang disukai. Dari hal yang disukai akan menumbuhkan rasa minat untuk membaca. Meskipun budaya membaca mungkin sedang menurun, upaya menggalakkan kegiatan membaca tetap penting agar generasi masa depan tetap memiliki keterampilan literasi yang baik.

Source: Panitia PJTL

 

 Acara PJTL tahun ini berjalan dengan lancar, ditutup dengan sesi penyerahan sertifikat dan dokumentasi. “Semoga apa yang telah disampaikan oleh Kak Aprila bisa bermanfaat bagi seluruh peserta kegiatan ini”. Penulis.



Reporter: Laisyia Sita Fadiya


Rabu, 08 Mei 2024

Hari Buruh

 Tangan-tangan kasar, berkeringat dan terluka

Membanting tulang, demi kehidupan yang mulia

Bahu yang membungkuk, kaki yang tertatih

Namun semangat tak pernah letih

 

Di balik kemewahan, di balik kemajuan

Mereka harus menjadi penyangga peradaban

Tersimpan perjuangan, pengorbanan tanpa henti

Mereka adalah tulang punggung negeri

 

Hari Buruh, hari penghormatan

Terima kasih dan selamat

Bagi mereka yang tak kenal lelah

Bagi mereka yang tak menyerah


Penulis

Natalia Desi

Kesunyiaan Diri

 

Di lorong sunyi pikiran merajuk,

Rasa sakit terabaikan merintih sunyi,

Dalam gemuruh dunia yang terdiam,

Hatinya meratap dalam hampa.

 

Sepi menjadi teman dalam kesendirian,

Menghimpit jiwa yang terluka dan lelah,

Sakit yang tak terlihat, tak teraba,

Mengguratkan luka di relung batin.

 

Tersungkur dalam gelapnya malam,

Dia merintih dalam bisu yang tak terucap,

Hanya cinta yang bisa memahami,

Namun cinta pun sering tak cukup.

 

Dia berdiri di tepi jurang kehampaan,

Menghadapi badai yang tak terlihat,

Rasa sakitnya mengalir dalam diam,

Menciptakan luka yang tak terlihat.

 

Hadirkanlah pelukan dan kata-kata lembut,

Agar dia tahu, dia tak sendiri dalam sunyi,

Rengkuhlah dirinya dengan kasih sayang,

Biarlah cinta menjadi obat yang mengenyangkan.


Penulis

Rokhim

Perjuangan yang Penuh Semangat

                          Oleh: Nana Lestari Di sebuah kota Pasuruan, hiduplah seorang mahasiswi bernama Dira. Dira merupakan anak tunggal y...