Selasa, 26 November 2024

A.Annual Fest Ketiga: BEM STIA “AAN” Hadirkan Harmoni Seni dan Kreativitas

 

Yogyakarta, November 2024 - Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi “AAN” Yogyakarta kembali mengadakan A.Annual Fest pada Sabtu, 23 November 2024 bertempat di kampus STIA “AAN” Yogyakarta. A.Annual Fest merupakan program kerja naungan Kementerian Pemuda dan Olahraga yang pada tahun ini menjadi tahun ketiga program ini diselenggarakan. Acara yang berlangsung dari pukul 18.00 WIB ini mengambil tema “Harmoni Melodi dalam Kolaborasi Seni” dengan menyuguhkan tarian, vocal duo, dan musikalisasi puisi dari sejumlah mahasiswa serta menghadirkan guest star dari grup musik Tekomlaku.

Sumber: Dok. Panitia A.Annual Fest 3

Ketua panitia Alvito Dwi Aji mengungkapkan A.Annual Fest merupakan pentas seni yang diselenggarakan sebagai ajang pertunjukan untuk menggali kreativitas mahasiswa dalam mengekspresikan berbagai macam seni budaya di kampus STIA, serta bertujuan menumbuhkan kepekaan terhadap estetika dan artistik dalam diri mahasiswa. Dalam sambutannya, Alvito juga menyampaikan rasa bangganya serta terima kasihnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi melancarkan pentas seni tersebut. “Sebagai ketua panitia, saya merasa sangat bangga dan bersyukur bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Sebuah perjalanan panjang dan kerja keras yang melibatkan banyak pihak, mulai dari persiapan, latihan, hingga acara ini dapat terlaksana dengan sukses. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik materiil maupun moral, kepada kami. Terima kasih juga kepada para penampil yang telah menunjukkan dedikasi dan semangat luar biasa dalam mempersiapkan penampilan mereka. Kami juga menghargai seluruh hadirin yang telah meluangkan waktu untuk datang dan menyaksikan acara ini. Semoga acara pentas seni A.Annual Fest ketiga ini dapat menjadi momen yang menginspirasi dan memberikan pengalaman berharga bagi kita semua.”

Sumber: Dok. Panitia A.Annual Fest 3

Salah satu penampil dalam A.Annual Fest ketiga, Adriana Permata Sari mengungkapkan senang bisa berkontribusi menampilkan sebuah puisi pada malam itu. “Di Annual Fest saya bersama kak Daniel menampilkan puisi yang berjudul kepada hidup aku menangis karya sangat bulan. Perasaan saya menjadi penampil di Annual Fest yang pastinya senang karena bisa menambah pengalaman saya untuk bisa lebih berani menampilkan diri di depan banyak orang.” Selain itu, salah satu penonton yang hadir dan ikut meramaikan malam pentas seni, Desvana Aulia juga mengungkapkan kesan dan pesannya bisa ikut dalam acara tersebut. “Annual Fest yang diselenggarakan sangat menyenangkan. Setiap penampilan yang di tampilkan oleh para mahasiswa dan guest star juga dapat memberikan energi positif kepada semua yang hadir karena euforianya sangat terasa. Mungkin untuk tahun depan, bisa ditingkatkan lagi dari segi konsep serta penataan tempatnya. Terima kasih juga kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras menyukseskan Annual Fest.”

Reporter: Maria Florentina Dhiu


Minggu, 24 November 2024

“Rose of Jericho” Mawar Keabadian

Oleh: Alfina Dwi Aulia Latifa

 

Di tengah gurun yang panas, jauh dari hiruk-pikuk kota, terdapat sebuah oasis kecil yang menyimpan keajaiban. Di sana, tumbuh sebuah tanaman yang hampir tidak ada yang tahu namanya. Masyarakat setempat menyebutnya “Rose of Jericho”, atau mawar dari Jericho. Tanaman itu dikenal sebagai simbol ketahanan dan kehidupan yang tak pernah padam, meski hidupnya penuh dengan tantangan.


Kisah ini bermula dengan seorang gadis muda bernama Filma. Ia adalah putri dari seorang petani yang tinggal di sebuah desa terpencil. Sejak kecil, Filma mendengar banyak cerita tentang “Rose of Jericho” yang tumbuh di oasis terdekat. Konon, tanaman itu dapat hidup meskipun tampaknya telah mati. Jika daun-daunnya kering dan rapuh, ia akan tampak layu dan tanpa harapan. Sering di terpa angin dan menggelinding ke sana-kemari seperti tak berarti. Namun, setelah beberapa waktu, ketika hujan turun, tanaman itu akan hidup kembali, berbunga dengan indahnya.

 

Namun, meskipun cerita itu sangat mengesankan, Filma merasa skeptis. Ia percaya bahwa itu hanya legenda, sebuah cerita yang diceritakan untuk memberi semangat pada orang-orang yang lelah dan putus asa. Hidupnya sendiri tidak jauh berbeda dengan tanaman itu. Keluarga mereka miskin, dan setiap hari mereka harus berjuang melawan kerasnya kehidupan di desa yang tandus.

 

Pada suatu hari, setelah beberapa pekan tanpa hujan, musim kemarau melanda desa mereka. Tanaman-tanaman di sekitar oasis mulai mengering, termasuk pohon-pohon yang biasa menjadi sumber kehidupan bagi keluarganya. Ayahnya yang biasanya tangguh tampak kelelahan, dan ibunya mulai menunjukkan tanda-tanda frustasi. Filma pun merasa putus asa, karena tak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk membantu keluarganya.

 

Suatu pagi yang sunyi, saat Filma sedang duduk di luar rumah, ia memandang jauh ke arah oasis. Tanpa disadari, ia berjalan menuju tempat itu, terdorong oleh rasa penasaran yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Ia ingin melihat dengan matanya sendiri, apakah “Rose of Jericho” benar-benar bisa hidup lagi setelah kering.

 

Sesampainya di oasis, Filma tertegun. Di tengah-tengah tanah yang kering, di antara bebatuan dan pasir, sebuah tanaman kecil tampak mencuat, daunnya tampak rapuh dan kekuningan. Namun, ada sesuatu yang berbeda pada tanaman itu. Ada harapan yang bersinar di sana, meskipun segala sesuatunya tampak tak mungkin.

 

Hari-hari berlalu, dan tak lama kemudian hujan turun, pertama kali setelah berbulan-bulan kemarau. Tanaman “Rose of Jericho” yang tadinya tampak mati itu mulai menggeliat, perlahan membuka kelopaknya yang indah. Filma terharu melihat pemandangan itu, dan ia mulai menyadari sesuatu yang penting bahwa seperti tanaman itu, hidup mereka pun memiliki potensi untuk bangkit, tidak peduli seberapa keras pun tantangannya.

 

Kembali ke rumah, Filma membawa beberapa biji dari tanaman “Rose of Jericho”. Ia menanamnya dengan penuh harapan. Meski awalnya tidak mudah, sedikit demi sedikit, ia melihat tanaman itu tumbuh. Dan seiring waktu, tanaman tersebut menjadi simbol kehidupan yang tak pernah padam di tengah kesulitan. Seperti hujan yang datang setelah kemarau panjang, harapan pun datang, meski terkadang terasa jauh.

 

Filma kini tahu bahwa seperti “Rose of Jericho”, meskipun hidup penuh tantangan, kita selalu bisa bangkit kembali. Kita hanya perlu memiliki keteguhan hati dan keyakinan bahwa kehidupan meskipun kadang tampak hilang akan selalu menemukan jalannya untuk kembali bersinar.

 

Meski terkadang penampakan dari “Rose of Jericho” mungkin tidak menarik dan terkesan seperti gundukan rambut nenek, namun jangan salah tumbuhan itu memiliki ability yang sangat unik, yaitu bisa bangkit dari kematian. Meski terlihat sering menggelinding terbawa angin tanpa harus tahu ke mana  harus bermuara. Hingga akhirnya hanya pasrah dan sabar menghadirkan situasi yang baru.

 

Ia bisa bertahan dalam cuaca yang sangat kering, bahkan hingga berpuluh-puluh tahun. Seperti mempunyai akal, ia akan mempertahankan biji-bijian dan dalam keadaan tertentu ia akan melepaskannya, menciptakan kehidupan baru. Mereka akan melakukannya berulang-ulang kali untuk mempertahankan kehidupannya.

Perjuangan yang Penuh Semangat

                          Oleh: Nana Lestari Di sebuah kota Pasuruan, hiduplah seorang mahasiswi bernama Dira. Dira merupakan anak tunggal y...