Di pagi yang cerah, Davis melangkah dengan semangat di tengah keramaian kota Yogyakarta. Hatinya berdebar kencang, karena hari ini dia akan mengunjungi Gedhong Patehan, sebuah tempat budaya yang selalu membuatnya penasaran sejak lama. Meski sudah bertahun-tahun tinggal di Yogyakarta, ini adalah pertama kalinya Davis mengunjungi tempat itu.
Perjalanan menuju Gedhong Patehan tidaklah sulit. Davis mengikuti petunjuk dengan teliti, menyusuri jalan-jalan yang ramai dengan kendaraan dan pedagang kaki lima yang sibuk. Setelah beberapa waktu, bangunan bersejarah yang megah mulai terlihat dari kejauhan, memancarkan aura yang khas.
Sesampainya di Gedhong Patehan, Davis merasa seperti masuk ke dalam sebuah kisah dongeng. Bangunan-bangunan bersejarah dengan arsitektur tradisional Jawa mengelilingi lapangan terbuka yang luas. Suasana tenang dan damai membuatnya merasa seolah waktu berputar mundur ke masa lalu yang penuh kejayaan.
Davis berjalan-jalan di sekitar Gedhong Patehan, memperhatikan setiap detail dengan penuh kagum. Dia melihat gambar-gambar yang menggambarkan tokoh-tokoh legendaris, lukisan-lukisan yang memperlihatkan keindahan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa tempo dulu, serta berbagai benda adat-istiadat yang dipajang dengan indah.
Tak hanya itu, Davis juga terpesona dengan pertunjukan seni yang digelar di Gedhong Patehan. Ada tarian-tarian tradisional yang menggugah hati, musik-musik klasik yang merdu, dan cerita-cerita rakyat yang disampaikan dengan penuh semangat. Dia merasa bahwa setiap gerakan dan nada yang dihasilkan oleh para seniman adalah ungkapan kekayaan budaya yang harus dilestarikan.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Davis duduk di bawah pohon besar di sudut Gedhong Patehan. Dia merenung, merenungkan betapa beruntungnya dirinya bisa melihat langsung keindahan tempat ini. Di sanalah dia menyadari bahwa kekayaan budaya bukanlah sekadar warisan dari masa lalu, tapi juga sebuah harta yang harus dijaga dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.
Dengan
hati yang penuh rasa syukur, Davis meninggalkan Gedhong Patehan. Namun,
kenangan akan pengalaman indahnya di tempat itu akan selalu terpatri dalam
ingatannya. Dari hari itu, dia berjanji untuk selalu menghargai dan
mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, agar tetap hidup dan berkembang di
tengah arus modernisasi yang terus bergerak maju.
Penulis : Rokhim